Selasa, 02 April 2013


ANALISIS WACANA KRITIS


PENDAHULUAN

    Istilah wacana (E= discourse, L= discursus = running to and from atau I = diskursus) memiliki pengertian yang berragam tergantung pada konteks apa yang tengah digunakan untuk memperbincangkannya. Wacana juga mengandung pengertian yang berbeda-beda dalam bidang ilmu yang berbeda. Stef Slembrouck secara rinci mengkategorisasikan paling tidak 8 pendekatan  yang  digunakan dalam membangun teori atau metod analisis wacana yang berkembang  dala kurun  waktu  sepuluh  tahun  terakhir  ini.  Pendekatan-pendekatan tersebut di antaranya adalah   pendekatan filosifis, linguistik, linguistik antropologi, cultural studies, postrukturalis, teori sosial,  sosiologi.   Jika masing-masing pendekatan melahirkan lebih dari dua teori atau metode analisis,  maka dapat dibayangkan betapa kompleksnya pengertian wacana dan analisis wacana.

Rumusan masalah
       Apa pengertian wacana ?
       Apa pengertian analisis wacana?
  

PEMBAHASAN

a.    Wacana

Kata wacana banyak dipakai dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari studi bahasa,  psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Dalam lapangan linguistik wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Menurut  Kridalaksana (2008:259)  wacana  diartikan  satuan  bahasa  terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan  gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh  (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata  yang membawa amanat  yang lengkap.Beberapa pengertian Wacana Menurut Para Ahli:

1)     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa wacana yaitu (1) komunikasi verbal; percakapan; (2) lingkungan keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) lingkungan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah; (4) lingkungan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide secara verbal.
2)     Marahim mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur. Jika defenisi ini kita pakai sebagai pegangan, maka dengan sendirinya semua tulisan yang teratur, yang menurut urut-urutan yang semestinya, atau logis, adalah wacana. Karena itu, sebuah wacana harus punya dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence). Proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.
3)     Moeliono menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu atau rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan.
4)     Ba’dulu menyatakan bahwa pada dasarnya wacana adalah kumpulan paragraph yang saling berhubungan yang mengembangkan topic tunggal yang luas secara efektif.
5)     Menurut Kridalaksana, wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan kesatuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraph, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Wacana itu sendiri, seperti dikatakan Tarigan, mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra, dan persuasi. Samsuri dalam Sudjiman menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, agaknya dapat dirangkum pengertian wacana itu sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Lebih jauh, pengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang berlainan.
Pertama dari sudut bentuk bahasa, dan kedua, dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi.  Dari sudut bentuk bahasa, atau yang bertalian dengan hierarki bahasa, yang dimaksud dengan wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas alinea-alinea, anak-anak bab, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik yang terdiri atas bab-bab maupun tidak.
Berdasarkan beberapa pengertian wacana di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.

Jenis – Jenis Wacana Bahasa Indonesia

a.     Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.

b.      Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam pembicaraan
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog.

c.      Berdasarkan bentuk wacana
Dilihat bentuk wacana, dikenal ada wacana deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1)   Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan.

2)  Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam  sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi.

3) Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya, serta menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir.

4)   Wacana Argumentasi
Karangan  argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap,  atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan. Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung.

5) Wacana persuasi
Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional.
Dalam bidang psikologi sosial, diartikan sebagai pembicaraan. Sedangkan dalalapangan  politik, diartikan sebagai praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa merupakan aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa, ideologi terserap di dalamnya (Eriyanto, 2008:1-3).

b.    Analisis Wacana
Analisis  merupakan  proses  (penguraian)  untuk  memberi  penjelasan  dari sebuah teks  (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan  yang kecenderungannya mempunyai  tujuan tertentu untuk memperoleh  apa  yang  diinginkan.  Wacana  adalah  proses  pengembangan  dari komunikasi,       yang menggunakan           simbol-simbol,            yang   berkaitan       dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas.
Melalui elemen  wacana seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain- lain,  eksistensinya  ditentukan  oleh  orang-orang  yang  menggunakan,  konteks peristiwa, situasi  masyarakat, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai- nilai,  ideologi,  emosi,  dan  kepentingan-kepentingan  yang  lain.  Bisa  diartikan bahwa analisis wacana yang dimaksudkan dalam sebuah penelitian adalah sebagai upaya pengungkapan     maksud           tersembunyi   dari            subjek            (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.
Menurut Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2008:4-7) menyebutkan ada  tiga  pandangan  mengenai  bahasa  dalam  analisis  wacana  yaitu  positivis- empiris (lazim juga  disebut positivisme), konstruktivisme, dan kritis.   Pertama, positivis-empiris yang salah satu cirinya adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.  Inti  bahasannya,  apakah  suatu  pernyataan  disampaikan  secara  benar menurut   kaida sintaksi da semanti ata tidak.   Analisi wacana   ini dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
Kedua, Konstruktivisme yang menolak pemisahan antara subjek dan objek bahasa.  Menempatkan  subjek  sebagai  aktor  sentral  dalam  kegiatan  wacana. Ketiga, kritis yang menekankan pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.  Individu tidak dipandang sebagai subjek yang

 
netral, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Pandangan paradigma kritis melihat bahwa bahasa tidak dipahami sebagai  medium  netral  melainkan  sebagai  representasi  yang  berperan  dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karenanya, analisis wacana digunakan  untuk menguraikan segala sesuatu yang ada di dalam setiap proses bahasa.

Beberapa  Pengertian Analisis Menurut Para Ahli:
1)     Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2)     Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan (Anne Gregory).
3)     Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty).
4)     Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya (Wiradi).
5)     Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu (Komaruddin).

Berdasarkan pengertian analisis dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan atau proses penyelidikan untuk menguraikan sesuatu dan memperoleh pengertian yang tepat serta pemahaman arti secara keseluruhan.

Berkembangnya studi wacana atau analisis wacana dalam ranah linguistik ini merupakan bentuk  ketidakpuasan terhadap mazhab linguistik formal struktural yang cenderung lebih terpaku pada  sistem kebahasaan terhadap unit mikro seperti imbuhan, kata, frasa, klausa dan kalimat, dan kurang peduli terhadap penggunan bahasa (language use). Padahal makna sering  tidak  bisa  dipahami  secara  komprehensif  dalam  kata,  klausa  atau  kalimat  yang terpilah dari konteksnya. Makna  sering harus dilihat dalam unit yang lebih besar dan luas seperti  percakapan,  dan  harus  mempertimbangkan  konteks.  Analisis  Wacana  (Discourse Analysis) jenis in dikembangkan oleh  John Sinclair, Martin Montgomery, Michael Hoey. Sinclair, misalnya tertarik untuk meneliti struktur wacana dalam kelas, pada khususnya level dari fungsi ujaran  dalam situasi sosial tertentu. Ia menemukan bahwa inteaksi antara guru- murid di dalam kelas bisa berupa transaksi-transaksi, inisasi, respon, konfirmasi dsb.
Menurut Nunan  analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara  tatanan atau pola-pola  dengan tujuan yandiekspresikan  melalui  unit  kebahasaan tersebut.   Analisis wacana model Nunan ini dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil elemen-elemen  linguistik  seperti  kohesi,  elipsis,  konjungsi,  struktur  informasi,dan         tema untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan sebuah wacana. Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive links sama sekali dapat menjadi wacana  yang  runtut  dalam  konteks  tertentu,  sementara  suatu  kelompok  kalimat  yang memiliki cohesive links justeru tidak atau belum tentu  menjadi wacana yang runtut.


c.    Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Analisis  wacana  kritis  di  sini  berbeda  dengan  pandangan  studi  bahasa pandangan  aliran tradisional. Walaupun sama-sama menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis,  bahasa dalam analisis wacana kritis tidak hanya sebatas untuk menggambarkan dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk praktik kekuasaan ataupun yang lainnya.
Analisis  wacana  kritis  melihat  bahasa  sebagai  faktor  penting  karena  dari bahasa, ketimpangan kekuasaan yang terjadi di masyarakat dapat terlihat. Selain itu analisis wacana  kritis  bukan hanya melihat wacana pada tataran what tetapi how.

d.    Pendekatan Utama dalam Analisis Wacana Kritis
Menurut  Norman  Fairclough  dan  Ruth  Wodak  (Eriyanto,  2008:14-18) terdapat lima pendekatan dalam analisis wacana.

1)    Analisis Bahasa Kritis
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori sistematik tentang bahasa dari Halliday Pendekatan                 ini   memusatka analisi wacana   pad bahasa   dan menghubungkannya dengan ideology dengan melihat gramatika. Melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Aspek ideologi  diamati  dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik  pilihan kata maupun struktur gramatika dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh  seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu.

2)    Analisis Wacana Pendekatan Prancis
Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori ideologi Althusser dan teori wacana Foucault.  Berpandangan bahwa bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi. Kata yang digunakan dan makna dari kata-kata menunjukkan posisi seseorang dalam kelas tertentu. Pendekatan Pecheux ini memusatkan perhatian pada efek ideologi dan formasi diskursus yang memposisikan seseorang sebagai subjek dalam situasi sosial tertentu.

3)    Pendekatan Kognisi Sosial
Dikembangkan oleh Teun A. van Dijk dan koleganya dalam kurun waktu yang lama. Titik  perhatiannya adalah melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana. Wacana bukan hanya dilihat dari struktur wacana tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyetakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.

4)    Pendekatan Perubahan Sosial
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial. Fiarclough banyak dipengaruhi oleh Foucoult dan pemikiran intertektualitas Julia Kristeva dan Bakhtin. Memandang wacana sebagai praktik sosial ada  hubungan dengan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial tertentu.

5)    Pendekatan Wacana Sejarah
Dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna di bawah Ruth Wodak, dipengaruhi oleh Frankfurt    khususnyaJurgen Habermas. Tujuan    utama penelitiannya untuk menunjukkan bagaimana wacana seksisme, antisemit, realism dalam media dan masyarakat kontemporer. Wacana disini disebut historis karena menurut  Wodak,  dkk, analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau komunitas digambarkan.

SIMPULAN

Pengertian Analisis adalah kegiatan atau proses penyelidikan untuk menguraikan sesuatu dan memperoleh pengertian yang tepat serta pemahaman arti secara keseluruhan. Sedangkan definisi Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Berkembangnya studi wacana atau analisis wacana dalam ranah linguistik ini merupakan bentuk  ketidakpuasan terhadap mazhab linguistik formal struktural yang cenderung lebih terpaku pada  sistem kebahasaan terhadap unit mikro seperti imbuhan, kata, frasa, klausa dan kalimat, dan kurang peduli terhadap penggunan bahasa (language use). Padahal makna sering  tidak  bisa  dipahami  secara  komprehensif  dalam  kata,  klausa  atau  kalimat  yang terpilah dari konteksnya.
Analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara  tatanan atau pola-pola  dengan tujuan yandiekspresikan  melalui  unit  kebahasaan tersebut.    Analisis wacana dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil elemen-elemen  linguistik  seperti  kohesi,  elipsis,  konjungsi,  struktur  informasi,dan tema untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan sebuah wacana. Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive links sama sekali dapat menjadi wacana  yang  runtut  dalam  konteks  tertentu. Oleh  karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai fungsi setiap ujaran yang ada untuk memahami sebuah wacana.
Dalam  wilayah  ilmu  sosial  kemasyarakatan  atau  cultural  studies,  pemahaman  tentang wacana mendapat pengaruh sangat kuat Wacana mencakup konsep yang digunakan untuk memahaminya dan metode yang digunakan untuk memeriksanya.  Wacana  dapat  ditemukan  dalam  praktik  kehidupan  sehari-hari  tatkala sekelompok  masyarakat  berbicara  tentang  topik  tersebut,  misalnya  dalam  percakapan, wawancara, komentar, pidato, tulisan-tulisan, artikel, pengumuman, bagian dari buku dsb. Tetapi  wacana bukanlah sekadar koleksi pernyatan-pernyataan yan tidak dikemukakan secara terbuka,  melainkan sekumpulan   ujaran-ujaran, kalimat atau pernyataan yang ada atau terjadi  dan ditentukan oleh konteks sosial sebagai hal yang memberi sumbangan bagi keberlangsungan  konteks  sosial  tersebut.  

  

                                          DAFTAR PUSTAKA

Darma, Yoce A. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Eriyanto. 2005. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.
            Yogyakarta: LKIS, Pelangi Pelajar.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar