ANALISIS WACANA KRITIS
PENDAHULUAN
Istilah wacana (E= discourse, L= discursus = running to and from atau I = diskursus) memiliki
pengertian yang berragam tergantung pada konteks apa yang
tengah
digunakan untuk
memperbincangkannya. Wacana juga mengandung pengertian
yang berbeda-beda dalam bidang ilmu yang berbeda. Stef Slembrouck secara rinci mengkategorisasikan paling tidak 8 pendekatan
yang
digunakan dalam membangun teori atau metode analisis wacana yang berkembang
dalam kurun
waktu sepuluh tahun
terakhir
ini. Pendekatan-pendekatan
tersebut di antaranya adalah pendekatan filosifis, linguistik, linguistik antropologi, cultural
studies, postrukturalis, teori sosial,
sosiologi. Jika masing-masing pendekatan melahirkan lebih dari dua teori atau metode analisis, maka dapat dibayangkan betapa kompleksnya pengertian wacana dan
analisis wacana.
Rumusan
masalah
Apa
pengertian wacana ?
Apa
pengertian analisis wacana?
PEMBAHASAN
a.
Wacana
Kata wacana banyak dipakai dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Dalam lapangan linguistik wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.
Menurut Kridalaksana (2008:259) wacana diartikan
satuan bahasa terlengkap,
dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh
(novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.Beberapa pengertian Wacana Menurut Para
Ahli:
1)
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa wacana yaitu (1) komunikasi
verbal; percakapan; (2) lingkungan keseluruhan tutur yang merupakan suatu
kesatuan; (3) lingkungan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam
bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau
khutbah; (4) lingkungan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan
atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide
secara verbal.
2)
Marahim
mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut
urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik
lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur. Jika defenisi ini kita pakai
sebagai pegangan, maka dengan sendirinya semua tulisan yang teratur, yang
menurut urut-urutan yang semestinya, atau logis, adalah wacana. Karena itu,
sebuah wacana harus punya dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan
kepaduan (coherence). Proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan
ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik
cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya
kesatuan dan koherensi itu.
3)
Moeliono
menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga
terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu atau rentetan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain, membentuk
satu kesatuan.
4)
Ba’dulu
menyatakan bahwa pada dasarnya wacana adalah kumpulan paragraph yang saling
berhubungan yang mengembangkan topic tunggal yang luas secara efektif.
5)
Menurut
Kridalaksana, wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal
merupakan kesatuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.),
paragraph, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Wacana
itu sendiri, seperti dikatakan Tarigan, mencakup keempat tujuan penggunaan
bahasa, yaitu ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra, dan persuasi. Samsuri
dalam Sudjiman menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh
tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang
mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat
menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Berdasarkan
berbagai pendapat di atas, agaknya dapat dirangkum pengertian wacana itu
sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang
koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Lebih jauh,
pengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang berlainan.
Pertama
dari sudut bentuk bahasa, dan kedua, dari sudut tujuan umum sebuah karangan
yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi.
Dari sudut bentuk bahasa, atau yang bertalian dengan hierarki bahasa,
yang dimaksud dengan wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang
mengandung tema ini biasanya terdiri atas alinea-alinea, anak-anak bab,
bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik yang terdiri atas bab-bab maupun
tidak.
Berdasarkan
beberapa pengertian wacana di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Wacana
merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat
transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan,
dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari
pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Jenis – Jenis Wacana Bahasa Indonesia
a.
Berdasarkan
saluran yang digunakan dalam berkomunikasi
Berdasarkan
saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis
dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan
cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit,
jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan
berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan
subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan
berstruktur subjek-predikat.
b.
Berdasarkan
jumlah peserta yang terlibat dalam pembicaraan
Berdasarkan
jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis
wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi
hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain,
maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak
berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang
dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam
komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang
dihasilkan disebut polilog.
c.
Berdasarkan
bentuk wacana
Dilihat
bentuk wacana, dikenal ada wacana deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi,
dan persuasi.
1)
Wacana
Deskripsi
Deskripsi
adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi
pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari
sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi
Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
Wacana
deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada
penerima pesan.
2)
Wacana
Narasi
Narasi
adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa.
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Narasi dapat
berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting
dalam sebuah narasi adalah kejadian,
tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat,
dan suasana. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi.
3)
Wacana
Eksposisi
Karangan
eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya, serta menerangkan sesuatu hal kepada penerima
agar yang bersangkutan memahaminya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada
karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,
simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan
objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan
data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi
karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks. Wacana
eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh
penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan
proses berpikir.
4)
Wacana
Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi
pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan
yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan
kebenaran pendapat pengarang. Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu
menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan,
mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang
mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah. Wacana argumentasi bertujuan
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional.
Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung.
5)
Wacana
persuasi
Wacana
persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai
yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala
upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional.
Dalam bidang psikologi sosial, diartikan sebagai pembicaraan. Sedangkan dalam lapangan politik, diartikan sebagai praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa merupakan aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa, ideologi terserap di dalamnya (Eriyanto, 2008:1-3).
b.
Analisis Wacana
Analisis merupakan proses
(penguraian) untuk memberi
penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji
oleh seseorang atau kelompok dominan
yang kecenderungannya mempunyai
tujuan tertentu untuk memperoleh
apa yang diinginkan.
Wacana adalah proses
pengembangan dari komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol, yang berkaitan dengan
interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas.
Melalui elemen
wacana seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-
lain, eksistensinya
ditentukan
oleh
orang-orang yang
menggunakan, konteks peristiwa, situasi
masyarakat, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-
nilai, ideologi,
emosi, dan
kepentingan-kepentingan
yang
lain. Bisa diartikan bahwa analisis wacana yang dimaksudkan dalam sebuah penelitian adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.
Menurut Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2008:4-7) menyebutkan
ada tiga pandangan mengenai bahasa
dalam analisis wacana
yaitu positivis- empiris (lazim juga disebut positivisme), konstruktivisme, dan kritis. Pertama, positivis-empiris yang salah satu cirinya adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.
Inti
bahasannya,
apakah suatu pernyataan
disampaikan
secara
benar
menurut
kaidah sintaksis dan semantik atau tidak.
Analisis wacana ini dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
Kedua, Konstruktivisme yang menolak pemisahan antara subjek dan objek
bahasa. Menempatkan
subjek
sebagai aktor sentral dalam
kegiatan
wacana. Ketiga, kritis yang menekankan pada konstalasi kekuatan yang
terjadi pada proses produksi dan reproduksi
makna. Individu tidak dipandang sebagai subjek yang
netral, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada
di masyarakat. Pandangan paradigma kritis melihat bahwa bahasa tidak dipahami
sebagai
medium netral
melainkan
sebagai
representasi yang
berperan dalam
membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karenanya, analisis wacana digunakan untuk menguraikan segala sesuatu yang ada di dalam setiap proses bahasa.
|
Beberapa Pengertian Analisis Menurut Para
Ahli:
1)
Analisis
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2)
Analisis
adalah langkah pertama dari proses perencanaan (Anne Gregory).
3)
Analisis
merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan (Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty).
4)
Analisis
adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan,
memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria
tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya (Wiradi).
5)
Analisis
adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan
fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu (Komaruddin).
Berdasarkan
pengertian analisis dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis adalah kegiatan atau proses penyelidikan untuk menguraikan sesuatu dan
memperoleh pengertian yang tepat serta pemahaman arti secara keseluruhan.
Berkembangnya studi wacana atau analisis wacana dalam ranah linguistik
ini merupakan
bentuk ketidakpuasan terhadap mazhab linguistik formal struktural yang cenderung lebih
terpaku pada sistem kebahasaan terhadap unit mikro seperti
imbuhan, kata, frasa, klausa
dan
kalimat, dan kurang peduli terhadap penggunan bahasa (language use). Padahal makna
sering tidak bisa
dipahami
secara komprehensif dalam kata, klausa
atau
kalimat yang terpilah dari konteksnya. Makna
sering harus dilihat dalam unit yang lebih besar dan luas seperti percakapan, dan harus mempertimbangkan
konteks.
Analisis Wacana (Discourse Analysis) jenis ini dikembangkan oleh John Sinclair, Martin Montgomery, Michael Hoey.
Sinclair, misalnya tertarik untuk meneliti struktur
wacana dalam kelas, pada khususnya level dari fungsi ujaran
dalam situasi sosial tertentu. Ia menemukan bahwa inteaksi antara guru-
murid di dalam kelas bisa berupa transaksi-transaksi, inisasi,
respon, konfirmasi
dsb.
Menurut Nunan
analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki
tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara
tatanan atau
pola-pola
dengan tujuan yang diekspresikan
melalui
unit kebahasaan tersebut. Analisis wacana model Nunan ini dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil
elemen-elemen
linguistik seperti kohesi, elipsis,
konjungsi,
struktur
informasi,dan tema
untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan
sebuah wacana. Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive links sama sekali dapat menjadi wacana yang runtut dalam konteks tertentu,
sementara
suatu kelompok
kalimat yang memiliki cohesive links justeru tidak atau belum tentu menjadi wacana yang runtut.
c.
Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana
kritis
di
sini berbeda
dengan pandangan studi
bahasa pandangan
aliran tradisional. Walaupun sama-sama menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, bahasa dalam analisis wacana kritis tidak hanya sebatas
untuk menggambarkan dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk praktik kekuasaan ataupun yang lainnya.
Analisis wacana
kritis
melihat
bahasa
sebagai faktor penting karena
dari bahasa, ketimpangan kekuasaan yang terjadi di masyarakat dapat terlihat. Selain itu analisis wacana
kritis
bukan hanya melihat wacana pada tataran what tetapi how.
d.
Pendekatan Utama dalam Analisis Wacana Kritis
Menurut Norman
Fairclough dan
Ruth
Wodak
(Eriyanto,
2008:14-18) terdapat lima pendekatan dalam analisis wacana.
1)
Analisis Bahasa Kritis
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori sistematik tentang bahasa dari Halliday. Pendekatan ini memusatkan analisis wacana
pada bahasa dan
menghubungkannya dengan
ideology dengan
melihat
gramatika.
Melihat bagaimana gramatika
bahasa membawa
posisi dan makna
ideologi tertentu. Aspek ideologi
diamati
dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh
seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu.
2)
Analisis Wacana Pendekatan Prancis
Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori ideologi Althusser dan teori wacana
Foucault. Berpandangan bahwa bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi. Kata yang digunakan dan makna dari kata-kata menunjukkan posisi seseorang dalam kelas tertentu. Pendekatan
Pecheux ini memusatkan perhatian pada efek ideologi dan formasi diskursus yang memposisikan seseorang
sebagai subjek dalam situasi sosial tertentu.
3)
Pendekatan Kognisi Sosial
Dikembangkan oleh Teun A. van
Dijk
dan koleganya dalam kurun waktu yang lama. Titik perhatiannya adalah melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi
wacana. Wacana bukan hanya dilihat dari struktur wacana tetapi
juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyetakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.
4)
Pendekatan Perubahan Sosial
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan
sosial. Fiarclough
banyak dipengaruhi oleh
Foucoult dan
pemikiran
intertektualitas Julia Kristeva dan Bakhtin. Memandang wacana sebagai praktik sosial ada hubungan dengan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan
identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial
tertentu.
5) Pendekatan Wacana Sejarah
Dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna di bawah Ruth Wodak, dipengaruhi
oleh
Frankfurt khususnyaJurgen Habermas. Tujuan utama penelitiannya untuk menunjukkan bagaimana wacana seksisme, antisemit, realism dalam media dan masyarakat kontemporer. Wacana disini disebut historis karena menurut
Wodak,
dkk, analisis wacana
harus
menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau komunitas digambarkan.
SIMPULAN
Pengertian
Analisis adalah kegiatan atau proses penyelidikan untuk menguraikan sesuatu dan
memperoleh pengertian yang tepat serta pemahaman arti secara keseluruhan. Sedangkan
definisi Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan
untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa
rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan
dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi
secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa
dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai
hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Berkembangnya studi wacana atau analisis wacana dalam ranah linguistik
ini merupakan
bentuk ketidakpuasan terhadap mazhab linguistik formal struktural yang cenderung lebih
terpaku pada sistem kebahasaan terhadap unit mikro seperti
imbuhan, kata, frasa, klausa
dan
kalimat, dan kurang peduli terhadap penggunan bahasa (language use). Padahal makna
sering tidak bisa
dipahami
secara komprehensif dalam kata, klausa
atau
kalimat yang terpilah dari konteksnya.
Analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara
tatanan atau
pola-pola
dengan tujuan yang diekspresikan
melalui
unit kebahasaan tersebut. Analisis wacana dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil
elemen-elemen
linguistik seperti kohesi, elipsis,
konjungsi,
struktur
informasi,dan
tema untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan sebuah wacana.
Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive links sama sekali dapat menjadi wacana yang runtut dalam konteks tertentu.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai fungsi setiap ujaran
yang ada untuk
memahami
sebuah wacana.
Dalam wilayah ilmu sosial
kemasyarakatan atau cultural
studies, pemahaman tentang wacana
mendapat pengaruh sangat kuat Wacana mencakup konsep yang digunakan
untuk memahaminya dan metode yang digunakan
untuk memeriksanya.
Wacana
dapat
ditemukan
dalam
praktik kehidupan sehari-hari
tatkala
sekelompok
masyarakat
berbicara
tentang topik tersebut,
misalnya dalam percakapan, wawancara, komentar, pidato, tulisan-tulisan, artikel, pengumuman, bagian dari buku dsb.
Tetapi wacana bukanlah sekadar koleksi pernyatan-pernyataan yang tidak dikemukakan secara terbuka, melainkan sekumpulan
ujaran-ujaran, kalimat atau pernyataan yang ada atau terjadi
dan ditentukan oleh konteks sosial sebagai hal yang memberi sumbangan bagi keberlangsungan
konteks
sosial tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darma,
Yoce A. 2009. Analisis Wacana Kritis.
Bandung : Yrama
Widya.
Eriyanto.
2005. Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks Media.
Kridalaksana,
Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.