Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia. Dan jika diibaratkan seperti pondasi dalam sebuah bangunan, jika pondasinya kokoh maka bangunannyapun akan kuat dan tahan lama,dan sebaliknya jika pondasinya rapuh makabangunannya akan mudah roboh atau rusak.Pada masa balita ini, manusia pertama kali belajar atau diperkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”, dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya di dalam kandungan. Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur, Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama sekali,
Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun social, Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut “bahasa”.
Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya. Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa bagian yang akan bahas dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Anak
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
- Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
- Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
- Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
- Posisi Urutan Kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
- Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal.
Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak
Dalam proses belajar bahasa, anak akan jauh lebih dulu memahami bahsa yang ia dengar (bahasa reseptif), baru kemudian berkembang bahasa ekspresifnya. Seorang bayi akan menoleh bila dipanggil, jauh sebelum ia bisa menyebut namanya sendiri.
Saat belajar memahami dan mengekspresikan bahasa, yang harus dikembangkan tidak hanya Mendengar (Audition), tapi juga Bahasa (Language), Bicara (Speech), Kognisi (Cognition) dan kemampuan Komunikasinya (Communication) agar dapat menggunakannya secara tepat dalam komunikasi sehari-hari.
Saat yang paling menentukan dalam kehidupan seorang anak dimulai sejak lahir sampai dengan usia sekolah (Golden Age). Dari seorang bayi yang sangat tergantung, akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dalam berfikir dan berkomunikasi saat memasuki usia sekolah.
Semua anak, termasuk anak dengan gangguan pendengaran akan melalui tahap yang sama. Hanya untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran dibutuhkan stimulus yang lebih dan dimulai sedini mungkin. Perlu diingat, bahwa tahap-tahap tersebut didasarkan atas rata-rata anak. Mungkin saja anak belum mencapai tahap seperti yang digambarkan, namun bukan berarti ia tidak akan mencapainya. Hal ini tergantung dengan program dan latihan yang diterima sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.
0 komentar:
Posting Komentar